Siapa yang tidak kenal komunitas JPCC (Jakarta Praise Community Center) di Jakarta? Gereja yang sangat fenomenal dengan sekitar 13.500 jemaat, yang ruang ibadahnya sudah penuh sesak dipadati oleh jemaat yang mengantri untuk mengikuti ibadah, bahkan rela menunggu sampai satu jam sebelum ibadah dimulai. Sungguh suasana yang berkebalikan bila dibandingkan di gereja-gereja lain pada umumnya. Kita dibuat penasaran bagaimana sebetulnya mereka bisa menciptakan suasana worship yang membuat orang begitu antusias untuk mengikutinya.
Syukur kepada Tuhan, pada tanggal 8 Desember 2014 yang lalu, kami mendapatkan kesempatan untuk belajar langsung dari Bpk. Steve Tabalujan (salah satu Music Director JPCC) pada acara talkshow "Penatalayanan Musik Gereja Lokal" di kampus SAAT. Dari sharing Pak Steve, kami mendapatkan banyak masukan dari komitmen yang dipegang oleh setiap penatalayan ibadah di JPCC.
SEKILAS JPCC
Gereja JPCC didirikan tanggal 4 Juli 1999 dimulai dengan 35
orang jemaat yaitu personil-personil yang tergabung dalam band True Worshiper,
sejak awal konsep gereja ini adalah gereja yang berlandaskan cell group (kelompok
kecil). Jadi setiap jemaat yang berkomitmen menjadi anggota, harus bergabung
dengan sistem cell groupnya, yang disebut dengan DATE (Dicipleship Anointing
Training Equipping). Motto gereja ini adalah: “To build a generation of stars,
to influence the world with the Truth”. JPCC juga sangat mementingkan
regenerasi dan pendidikan kaum muda di dalam program-program gerejanya.
AUDISI &
REGENERASI PEMUSIK
Terkait dengan regenerasi tersebut di JPCC setiap tahun
selalu diadakan audisi untuk merekrut pemusik dan pelayan ibadah baru, sebagai
prasyarat mereka harus “tertanam” di dalam DATE selama minimal 6 bulan. Selain
itu ada beberapa syarat teknis lain yang perlu dipenuhi:
- Harus menguasai tangga nada & progresi akord
- Bisa membaca partitur (minimal combo part)
- Tahu tentang simbol-simbol akord
- Tahu cara bermain dalam band
Hasil audisi tersebut diberitahukan kepada peserta melalui
email. Untuk peserta yang belum lulus diberi penjelasan dalam email tersebut
tentang hal-hal yang perlu mereka kembangkan, sehingga mereka bisa mencoba lagi
untuk audisi berikutnya.
SISTEM PELATIHAN, PERSIAPAN
IBADAH & PEMILIHAN LAGU
Komposisi sebuah tim musik yang melayani dalam ibadah di
JPCC terdiri dari instrument: 2 keyboard, 2 gitar, 1 bass, dan 1 drum. Setiap
tim ini dikepalai oleh seorang Music Director (MD) yang bertugas mengaransemen,
memimpin, mengontrol dan mengarahkan pada saat latihan. Saat ini di JPCC ada 5
orang music director dan total ada 48 musisi, serta 12 worship leader, dan 60
singers.
Nilai yang disepakati
bersama dalam tim ibadah, antara lain:
- Kalau mau melayani, harus datang lebih awal (disiplin waktu). Nilai ini dipegang sangat keras, bahkan apabila terlambat satu menit saja menurut jam gereja, maka orang yang terlambat itu tidak boleh naik ke panggung (tidak boleh melayani). Pernah ada kasus salah satu drummer terlambat datang sekitar 5 menit (aturannya: ibadah mulai 7.30, standby pukul 6.15), maka pada hari itu ibadah berlangsung tanpa iringan drum, meskipun pada saat itu ada pendeta tamu, tapi tim musik tetap konsisten dengan peraturan yang sudah disepakati bersama. Kejadian seperti ini akan membentuk etos pelayanan yang “excelent”. Penting sekali untuk konsisten dengan peraturan dan tidak mentolerir keterlambatan.
- Sebelum latihan harus sudah mempersiapkan dan melatih bagian masing-masing, sehingga tidak menghabiskan waktu pada saat latihan. Lagu-lagu yang akan dimainkan pada ibadah minggu, paling lambat sudah harus diterima oleh tim ibadah pada hari Rabu sore. Semua lagu bisa didownload dalam bentuk mp3, berikut aransemen dan music chartnya melalui dropbox.
- Be Creative. Mereka juga berpegang pada prinsip “no comfort zone”, artinya: permainan musik harus selalu berkembang, tidak boleh nyaman dengan satu gaya saja, harus terus menerus meng-update skill musik masing-masing.
- Harus saling menghargai satu dengan yang lain. Bila ada pemusik yang bermain dengan bagus, harus dipuji, khususnya bagi yang junior, untuk memberi dukungan supaya semakin berkembang.
- Submission (penundukan diri). Setiap orang harus siap dikoreksi, mulai dari yang senior sampai yang junior. Tidak boleh marah atau sakit hati apabila dikritik, karena kritik tersebut tidak ditujukan kepada pribadi, tapi lebih tertuju pada teknis untuk mengasah skill tim lebih baik lagi.
- Profesionalisme. Pelayanan bukan sekedar rutinitas dan sukarela (tergantung mood / waktu kosong dll), tetapi merupakan sebuah prioritas utama seperti profesionalisme seseorang di dunia kerja.
Proses persiapan
ibadah Minggu:
- Setiap music director (MD) mempunyai rehearsal check list, yaitu: mengecheck song database, memastikan semua tim sudah mendapatkan music chart, mp3 dan aransemen dari 4 lagu ibadah yang akan dinyanyikan di hari Minggu. MD juga harus melakukan finalisasi song flow (mau dinyanyikan berapa kali, ada modulasi atau medley, dll) dengan worship leader.
- Latihan pemusik setiap hari Sabtu dibatasi waktunya hanya 2 jam, karena banyak tim lain yang akan memakai studio untuk berlatih. Biasa yang dilatih adalah lagu yang sulit terlebih dahulu. Selain itu harus diatur juga transisi antar lagu dan worship circle dibuat polanya. Setelah semua lagu dikuasai, latihan lagi dari awal (run through seperti sedang ibadah).
- Dalam satu bulan ada sekitar 15-20 lagu yang dipilih berdasarkan tema khotbah bulan tersebut. Para worship leader wajib mengambil lagu-lagu dari songbank tersebut, tidak boleh berinisiatif mengambil lagu di luar songbank (karena alasan lagunya bagus, sedang trend, lagi mood, dll). Setiap bulan ada 5 lagu yang dikeluarkan dari song bank dan diganti dengan lagu yang baru.
Mengenai lagu-lagu ibadah, JPCC sangat mendorong pelayan
ibadahnya untuk menulis lagu-lagu baru. Lagu-lagu ini akan diseleksi
berdasarkan syarat: bisa dinyanyikan jemaat, harus mau diberi masukan
(adjustment), temanya relevan dengan jemaat. Prinsipnya tidak ada lagu yang
satu kali dibuat bisa langsung jadi, lagu baik terjadi dari hasil koreksi yang
berkali-kali dan harus berkolaborasi dengan masukan dari beberapa orang.
Lagu-lagu yang baru diciptakan ini akan diajarkan kepada jemaat sekitar 1
bulan, sampai jemaat bisa menyanyikannya dengan baik.
RELASI DALAM TIM
IBADAH
- Kalau ada salah satu anggota tim ada yang mempunyai masalah dalam sikap atau kelakuannya, MD akan mengecheck kepada DATE Group Leader. Dari Leader ini akan memberikan masukan apakah orang yang bersangkutan rutin mengikuti DATE atau lama tidak hadir, atau memang sedang menghadapi masalah tertentu. Kalau memang masalah ini berlanjut terus, maka orang yang bersangkutan akan diajak bicara empat mata dengan leadernya.
- Setiap orang dalam tim ibadah harus tergabung dalam grup DATE yang isinya bukan semuanya musisi, tetapi gabungan beberapa orang dari berbagai latar belakang. Jadi mereka harus berbau dengan jemaat yang lain dalam cell groupnya.
- Music Director (MD) harus membangun relasi dengan tim yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap 3 bulan sekali MD akan dirotasi untuk memegang tim musik yang berbeda. Hubungan MD dengan tim tidak hanya terbatas pada latihan formal tapi juga sampai kepada hubungan yang akrab, seperti: pergi jalan atau makan sama-sama dengan timnya.
- Selama latihan musik akan ada banyak masukan mengenai aransemen maupun teknik bermain musik dari musisi. MD akan mendengarkan semua masukan ini, tetapi keputusan final ada di tangan MD.
HAL YANG BISA
DIPELAJARI…
Totalitas pelayanan tim ibadah JPCC patut kita teladani.
Kami meyakini bahwa konsistensi tersebut merupakan anugerah dari Tuhan yang dibarengi
dengan pertumbuhan spiritualitas lewat DATE (kelompok kecil). Nilai-nilai
seperti “Excelence” dalam pelayanan, disiplin waktu, serta spiritualitas sangat
efektif ditanamkan melalui kelompok kecil yang bertemu secara rutin setiap
minggu. Tidak mungkin kita mengharapkan perubahan kualitas worship yang baik,
tanpa kita memupuk pertumbuhan rohani dari tim ibadah gereja.
Maka bagi setiap gereja yang rindu untuk mengalami ibadah
yang menggairahkan dan inspirasional, mulailah membangun kelompok-kelompok
kecil untuk meningkatkan spiritualitas tim ibadah, serta jemaatnya. Spiritualitas tim ibadah
yang matang akan menjadi motor penggerak bagi jemaat untuk mengalami ibadah
yang sejati, tentunya dengan pertolongan Roh Kudus & kasih karunia Tuhan
semata.
Caroline Sharmiyanti